Kamis, 10 April 2008

Permohonan Seorang Suami

Ada sebuah kisah sebuah keluarga, begini nich :
Ceritanya seorang suami lagi ngambek lalu protes, dan yang lebih konyolnya lagi, si Suami memohon kepada Tuhan agar mengabulkan permohonannya. Tapi ternyata….
Yuk baca aja sekelumit ceritanya yach…

Seorang lelaki berdoa: “Oh Tuhan, saya tidak terima. Saya bekerja begitu keras di kantor, sementara istri saya enak-enakan di rumah. Saya ingin memberinya pelajaran, tolonglah ubahlah saya menjadi istri dan ia menjadi suami.” (Semoga aja nggak ada suami beneran kayak gini yach ? hehehe)

Tuhan merasa simpati dan mengabulkan do’anya. Keesokan paginya, lelaki yang
telah berubah wujud menjadi istri tersebut terbangun dan cepat-cepat ke dapur menyiapkan sarapan. Kemudian membangunkan kedua anaknya untuk bersiap-siap ke sekolah.

Kemudian ia mengumpulkan dan memasukkan baju-baju kotor ke dalam mesin cuci. Setelah suami dan anak pertamanya berangkat, ia mengantar anaknya yang kecil ke sekolah taman kanak-kanak.

Pulang dari sekolah TK, ia mampir ke pasar untuk belanja. Sesampainya di rumah, setelah menolong anaknya ganti baju, ia menjemur pakaian dan kemudian memasak untuk makan siang.

Selesai memasak, ia mencuci piring-piring bekas makan pagi dan peralatan yang telah dipakai memasak. Begitu anaknya yang pertama pulang, ia makan siang bersama kedua anaknya. Tiba-tiba ia teringat ini hari terakhir membayar listrik dan telepon. Disuruhnya kedua anaknya untuk tidur siang dan cepat-cepat ia pergi ke bank terdekat untuk membayar tagihan tersebut.

Pulang dari bank ia menyetrika baju sambil nonton televisi. Sore harinya ia menyiram tanaman di halaman, kemudian memandikan anak-anak. Setelah itu membantu mereka belajar dan mengerjakan PR. Jam sembilan malam ia sangat kelelahan dan tidur terlelap.

Tentu masih banyak pekerjaan-pekerjaan kecil lainnya yang belum dikerjakan. Dua hari menjalani peran sebagai istri ia tak tahan lagi. Sekali lagi ia berdoa, “Ya Tuhan, ampuni aku. Ternyata aku salah. Aku tak kuat lagi menjalani peran sebagai istri.

Tolong kembalikan aku menjadi suami lagi. Lalu,” Tuhan menjawab: “Bisa saja. Tapi kamu harus menunggu sembilan bulan, karena saat ini kamu sedang hamil.”

Olala…ternyata aku salah duga, keluhnya dalam hati…..(hehehe…emangnye enak jadi isteri….).

Oop…itu hanya ilustrasi cerita belaka. Maksudnya peran apapun harus kita terima dengan sepenuh hati. Menyadari dan menerima kodrat yang telah digariskan oleh Tuhan itu adalah kewajiaban kita sebagi hamba-NYA, yach nggak ???.

Tidak ada komentar: